Selasa, 12 September 2017

jalur kelistrikan sepeda motor

Instalasi Klakson



                Instalasi Lampu Besar Arus DC
                       Instalasi Lampu Rem
                       Instalasi Lampu Sein

Jumat, 08 September 2017

UKURAN OLI SHOCKBEKER DEPAN SEPEDA MOTOR



HONDA
Ukuran (ml)
SUZUKI
Ukuran (ml)
YAMAHA
Ukuran (ml)
KAWASAKI
Ukuran (ml)
BAJAJ
Ukuran (ml)
Grand
52 ml
Shogun 125 RR
51 ml
Vega R
61 ml
Blitz 112
52,7 ml
Pulsar 180
145 ml
Supra-X/FIT
64 ml
Shogun F1
51 ml
Vega ZR
67 ml
Kaze 110
52,7 ml
Pulsar 200
165 ml
Revo
72 ml
Smash R
51,5 ml
Jupiter-Z
61 ml
Kaze ZX-130
64 ml
XCD-125
140 ml
Blade/Karisma
68 ml
Satria F-150
103,5 ml
Jupiter MX
64 ml
Ninja
220 ml (Kosong)


Supra-X 125 PGM-F1
70,5 ml
Spin 125
55 ml
V-ixion
230 ml




Vario
75 ml
Skydrive
55 ml
Scorpio-Z Spoke
252 ml




Vario CBS
 68 ml
Skywave
55 ml
Scorpio-Z CW
244 ml




Beat
75 ml
Thunder 125
 150 ml
RX-King
177 ml




Win
 81 ml
Thunder 250
200 ml
Mio/Soul
53 ml




Mega Pro
159 ml


New Mio
60 ml




Tiger 2000
126 ml


Nouvo
63 ml




Tiger Revo
135 ml








SOKET CDI PADA SEPEDA MOTOR





Kamis, 07 September 2017

Komponen rem cakram

Komponen rem cakram (disc brake).


salam ring pas.........
pada artikel kali ini saya akan mencoba sedikit menjelaskan tentang rem cakram / disc brake, Baik pada sepeda motor ataupun mobil, disc brake atau rem cakram memiliki nama komponen yang hampir sama. Tapi ada perbedaan terutama pada dimensi dan desain komponen. Komponen sistem rem cakram adalah sebagai berikut

1. Disc (piringan)

Komponen rem cakram belakang sepeda motor

Sesuai namanya, piringan rem berbentuk bulat menyerupai sebuah piringan fungsinya sebagai media yang akan bergesekan. Piringan rem berhubungan dengan roda, artinya saat roda berputar piringan juga ikut berputar. Disc ini menjadi komponen berputar yang akan bergesekan dengan kampas rem.

Sesuai desain, piringan rem dibagi menjadi dua jenis yaitu ;

Solid disc
Solid disc berbahan baja solid dengan ketebalan hampir 2 cm. Piringan jenis solid disc ini banyak diaplikasikan pada sistem rem cakram mobil.

Ventilated disc
Jenis kedua sering dipakai pada sistem rem sepeda motor. Ventilated disc memiliki ketebalan yang lebih kecil, namun di sekitar piringan terdapat banyak lubang sebagai ventilasi.

2. Brake caliper

Fungsi brake caliper tidak jauh berbeda dengan master silinder pada rem tromol. Komponen ini akan mengubah tekanan hidraulik menjadi energi gerak berupa tekanan. Kaliper rem juga memiliki dua jenis yaitu fixed caliper dan floating caliper.
Komponen rem cakram sepeda motor

Fixed caliper memiliki dua buah piston yang akan bergerak berlawanan saat mendapatkan tekanan hidraulik. Gerakan tersebut akan menjepit kampas rem diantara piston.

Sementara pengertian floating caliper adalah kaliler yang melayang. Dikatakan melayang karena kaliper ini dapat bergerak kekiri dan kekanan. Hal itu dikarenakan kaliper inj hanya memiliki satu buah piston disalah satu sisi, sehingga saat piston bergerak otomatis kaliper akan bergeser menyesuaikan.

3. Piston

Komponen rem tromol sepeda motor

Piston pada rem cakram berbeda dengan piston pada mesin. Dinamakan piston karena berbentuk tabung seperti piston. Fungsinya untuk menekan kampas rem secara merata.

Piston pada rem cakram mobil memiliki diameter lebih besar dari pada piston rem cakram sepeda motor. Hal ini dapat dilihat dari dimensi kedua rem ini yang berbeda. Namun keduanya masih memiliki fungsi yang sama.

4. Piston seal

Piston seal adalah komponen berbahan karet yang memiliki kemampuan sealing untuk mencegah terjadinya kebocoran minyak rem pada caliper. Setiap komponen yang berhubungan dengan cairan, pasti mengandalkan seal untuk mencegah kebocoran.

Pada sistem rem cakram, seal ini juga berfungsi untuk mencegah debu untuk masuk kedalam sistem hidraulik rem saat rem bekerja.

5. Niple bleed

Cara kerja rem cakram mobil

Hal yang tak boleh ketinggalan dalam sistem rem hidraulik baik cakram ataupun tromol adalah bleed point atau niple bleed. Komponen ini berfungsi untuk membuang kandungan udara didalam sistem hidraulik rem.

Udara didalam sistem hidraulik rem akan mengakibatkan tenaga pengereman tidak maksimal. Alasanya, udara dapat dikompresi. Sehingga ketika pedal ditekan, maka tekanan itu akan terkompresi oleh udara didalam sistem hidraulik. Akibatnya rem bisa blong.

6. Brake pad

Fungsi dan keuntungan rem cakram

Brake pad atau kampas rem adalah komponen diam yang berfungsi sebagai media gesek. Seperti yang disinggung sebelumnya, sistem pengereman bekerja dengan menggesekan dua material.

Dua material itu adalah piringan dan kampas rem. Kampas rem terbuat dari berbagai bahan organik, metal, dan keramik. Untuk lebih lengkap mengenai kampas rem, simakmengenal jenis dan karakteristik kampas rem.

7. Caliper brakcet

Breacket ini tujuanya sebagai pemegang kaliper rem agar tidak bergerak. Pada mobil, kaliper akan dihubungkan ke steering knuckle. Namun bentuk kaliper tidak memungkinkan untuk di hubungkan secara langsung. Sehingga perlu komponen tambahan berupa breacket yang berfungsi menahan kaliper rem.

Sementara pada sepeda motor, breacket ini berfungsi untuk mendukung agar kaliper mampu digunakan pada piringan yang biasanya memiliki diameter lebih besar.

Dibandingkan jenis rem tromol, rem cakram memiliki beberapa keuntungan tersendiri. Beberapa kelebihan rem cakram yaitu ;

1. Lebih responsif
2. Lebih simpel
3. Lebih mudah dalam perawatan

Itulah sekilas mengenai komponen rem cakram pada kendaraan. Semoga bermanfaat.

CARA MEMBACA MULTIMETER / AVOMETER ANALOG

CAR MEMBACA MULTIMETER / AVOMETER ANALOG
salam ring pas...........
Sebelum masuk lebih jauh mengenai cara mengukur besaran listrik seperti Tegangan (Volt), Arus (Ampere), dan Tahanan (Ohm) ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu Multimeter atau Avometer.
Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita untuk mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan, Arus, maupun Nilai Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter, jadi hanya terdapat 3 komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan Multimeter , dikatakan multi sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai Kapasitif, dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital sangat mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah menggunakan angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat ukurnya.
Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan dalam memahami tulisan selanjutnya:
CARA MEMBAC A MULTIMETER
Bagian-Bagian Multimeter
Saya akan berikan sedikit penjelasan mengenai gambar di atas. Yang perlu untuk di perhatikan adalah :
  1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat kecil, Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum tidak pada posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum digunakan.
  2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup pengatur jarum, hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat jarum menunjukkan angka NOL pada saat Saklar pemilih di posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak ke KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan (OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
  3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di UKUR, misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga menyentuh skala AC yang pada alat ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu seterusnya. Jangan Salah memilih Skala Pengukuran.
    Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilai-nilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur) tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??
    Pedoman Memilih SKALA Pengukuran:
    Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil pengukuran, Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+) baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt, Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja, sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada Posisi 10 dan Alat ukur akan menunjukkan nilai yang diinginkan.Penjelasan Lebih Lengkap Mengenai MEMBACA ALAT UKUR akan di Bahas selanjutnya pada tutorial ini.

ALAT UKUR LISTRIK HARUS DIPASANG DENGAN BENAR, Mengapa saya katakan Demikian??
Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti dan Hal wajib yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan Alat ukur yang salah /Tidak  benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan kurang tepat, jadi ini sangat perlu di perhatikan. Mari kita melihat posisi alat ukur yang benar:
  1. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)
    Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:
    Mengukur Tegangan dengan Multimeter
    Memasang Multimeter Paralel
  2. Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere)
    Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu Posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut. Pemasanngan yang benar dapat dilihat pada gambar:
    Mengukur Ampere pada Multimeter
    Memasang Multimeter SERI
  3. Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)
    Yang mesti diketahui saat pngukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH MENGUKUR NILAI TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan merusak  alat ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.
    Mengukur nilai Tahanan Resistor
    Memasang Multimeter untuk mengukur tahanan
Kali ini saya tidak akan membahas mengenai mengapa alat ukur di pasang paralel saat mngukur tegangan dan Seri pada saat mengukur Arus, sebab itu lebih kompleks kecuali ada yang membutuhkannya. Hal ini erat kaitannya dengan Rangkaian dalam suatu alat ukur.
Setelah mengetahui Cara mengatur Saklat Pemilih yang Benar, Mengetahui Jenis Skala yang akan digunakan, dan Cara pemasangan alat ukur yang benar, maka tiba saatnya kita melakukan Pengukuran Besaran Listrik.
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) DC
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
  1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
  3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
  4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur, ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah).
  5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000 atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.
  6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
  7. Baca Alat ukur.
Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur:
  1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui sebelumnya, itulah saya katakan Misalnya).
  2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling besar yang tertera yaitu 1000.  Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai 1000Volt.
  3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat skala terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250.  Maka Untuk memudahkan membaca perhatikan skala 0-10 saja.
  4. Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
  5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya akan bergerak sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat Jarum bergerak lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
  6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah, jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang akan di ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus menerus maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan, segera pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih Besar. Saat saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar penunjukan jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau 0-250.
    Mengukur Nilai Tegangan rangkaian
    Multimeter Over, Awas Rusak
  7. Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang lebih besar dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui. Solusinya adalah Saklar Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu 50. Saat memilih Skala 50 pada skala tegangan DC (tertera DCV), maka dalam Layar Penunjukan Jarum yang mesti di perhatikan adalah range skala 0-50 dan BUKAN lagi 0-10 ataupun 0-250.
  8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat di tengah antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50 yang artinya Nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur bernilai 15 Volt.
    Perhatikan gambar berikut:
    Multimeter Tegangan benar
    Nilai tegangan Terlihat Benar
  9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan RUMUS:
Rumus menghitung Nilai Multimeter
Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka:
Tegangan Terukur             = (50 / 50) x 15
Nilai Tegangan Terukur  = 15
Berikut saya akan berikan Contoh agar kita lebih mudah dalam memahaminya:
Contoh I.
Saat melakukan pengukuran ternyata Jarum Alat Ukur berada pada posisi seperti yang terlihat pada gambar:
Multimeter Scale
Berapakah Nilai tegangan DCV yang terukur saat Saklar Pemilih berada pada Posisi:
  1. 2.5
  2. 10
  3. 50
  4. 1000
Jawab:
  1. Skala saklar pemilih = 2.5
    Skala terbesar yang dipilih = 250
    Nilai yang ditunjuk jarum = 110 (perhatikan skala 0-250)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (2.5/250)x 110 = 1.1 Volt
  2. Skala saklar pemilih = 10
    Skala terbesar yang dipilih = 10
    Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (10/10)x 4.4 = 4.4 Volt
  3. Skala saklar pemilih = 50
    Skala terbesar yang dipilih = 50
    Nilai yang ditunjuk jarum = 22 (perhatikan skala 0-50)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (50/50)x 22 = 22 Volt
  4. Skala saklar pemilih = 1000
    Skala terbesar yang dipilih = 10
    Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
    Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
    Teg VDC = (1000/10)x 4.4 = 440 Volt
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC
  1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
  2. Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.
    Multimeter Scale
MENGUKUR ARUS LISTRIK (Ampere) DC
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
  1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
  3. Lakukan Kalibrasi alat ukur
  4. Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA
  5. Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau 0.25A.
  6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
  7. Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan  Tegangan DC diatas)
MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
  1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
  2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
  3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
  4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan yaitu pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM yang dipilih oleh saklar Pemilih.
  5. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG ALAT UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
  6. Baca Alat ukur.
Cara membaca OHM METER
  1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
  2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
  3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:
Multimeter Scale
Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum   = 26
Skala pengali                           = 10 k
Maka nilai resitansinya       = 26 x 10 k
= 260 k = 260.000 Ohm.

semoga artikel ini bermanpaat untuk semuanya


di kutip dari www.ahmadfahrudintkr3.blogspot.com